SELAMAT DATANG DI PONDOK PESANTREN ANNAKHIL


20/11/08

PERSAMI

Salam Pramuka...!

Alhamdulillah. Setelah sukses menjadi regu terbaik dalam Pramuka 17 Agustus-an se-Kecamatan Teramang Jaya, Koordinator Pramuka Pondok Pesantren An Nakhil kembali “ujuk gigi” dengan mengadakan Perkemahan Sabtu Minggu (PERSAMI) di Kecamatan Teras Terunjam. Kegiatan ini bertujuan untuk Mempererat Tali Sillaturrahim dan meningkatkan Kualiatas dan Kreatifitas Santri. Acara dimulai dengan Upacara Pelepasan oleh pengasuh Pondok Pesantren An Nakhil, M. Aly Imron, S.Hi dari Pesantren menuju lapangan Merdeka Bumi Mulya, desa SP3 Kecamatan Teras Terunjam dan diikuti dengan berbagai macam kegiatan yang menarik.

Acara perkemahan yang pertama kali diadakan tersebut turut dihadiri kepala Kecamatan Teras Terunjam, Bapak Sahroni dan Kepala Desa SP3 serta masyarakat sekitar pada malam penyulutan Api Unggun. Penyulutan obor Dasa Dharma itu sendiri dinyalakan oleh kepala Camat. Dalam pidatonya beliau merasa kagum dengan pramuka pondok pesantren An Nakhil. Tidak Cuma sampai disitu, seluruh warga yang hadir begitu kagum ketika pasukan-pasukan koordinator pramuka An Nakhil menunjukkan kebolehannya dalam atraksi Api Unggun tersebut. Mereka kelihatan “tercengang” ketika melihat Atraksi dari pasukan Red Spider dan Gardenia tanpa rasa takut merayap dibawah kawat berduri dan melompati bola api. “Hebat, ini baru pramuka sejati”, kata salah seorang warga yang menonton acara tersebut. Mereka juga terlihat antusias tatkala melihat atraksi Dance, Tapak Suci dan Drama yang ditampilkan oleh Pasbratam dan Paspradana. Acara Perkemahan Sabtu Minggu tersebut ditutup dengan Bakti Sosial dan Upacara Penutupan. Acara ini sekaligus membuktikan bahwa Pramuka Darunnajah Group masih tetap eksis. Insya Allah Koordinator Pramuka An Nakhil juga akan mengadakan Perlombaan Pramuka tingkat Kecamatan di Pondok Pesantren An Nakhil pada Februari mendatang.

eL AkhyaR

18/11/08

BAHASA ADALAH MAHKOTA PONDOK

Diantara karunia Tuhan yang paling besar bagi manusia ialah kemampuan berbicara (dengan bahasa masing-masing umat). Kemampuan untuk mengungkapkan isi hatinya dengan bunyi yang dikeluarkan dari mulutnya. Berbicara telah membedakan manusia dari makhluk lain. Kambing dapat mengembek, tetapi ia tidak mampu menceritakan pengalaman masa kecilnya kepada kawan-kawannya. Malaikat dan jin mungkin dapat berbicara, tetapi itu hanya kita saksikan dalam cerita lama. Dengan berbicara, manusia mengungkapkan dirinya, mengatur lingkungannya, dan pada akhirnya menciptakan bangunan budaya insani. Lama sebelum lambang-lambang tulisan digunakan, orang sudah menggunakan bicara (bahasa) sebagai alat komunikasi (Jalaludin Rahmat: 1992).

Demikian gambaran urgensi bahasa, yang dalam bahasa Kang Jalal adalah “bicara”. Dalam mencapai kesepakatan diantara umat, suku, golongan, bangsa yang berbeda juga ditentukan dengan bagaimana “bahasa” penyampaiannya. Karena faktor yang sangat penting inilah, Pondok Pesa mendidik santrinya dengan menekankan aspek bahasa sebagai mahkota yang harus dijaga. Selain itu, fungsi bahasa sebagai pembuka ilmu (kunci). Ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini akan kekal bersama dengan penulisannya. Sementara tidak dapat dipastikan bahwa orang yang membukukan “ilmu” tersebut adalah sebangsa dengan kita. Dalam arti, seseorang akan menulis, berbicara dengan masyarakatnya dengan bahasa mereka sendiri (bahasa ibu/tanah air). Dan sejauh ini, bahwa sumber ilmu pengetahuan didapatkan dari referensi berbahasa asing (Arab dan Inggris).

Dalam usaha penguasaan bahasa asing disuatu lembaga Pondok Pesantren memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, sebagus apapun teori yang ada, akan percuma jika tanpa kerja atau praktek nyata dengan berbicara asing tersebut. Maka diperlukan aplikasi nyata dengan berani berbicara, dengan mengeyampingkan dahulu pengucapannya salah atau benar. Karena, untuk tingkat pemula, yang diperlukan adalah “keberanian” berbicara. Bayangkan, jika seorang yang pertama kali akan belajar bahasa asing tidak berani melafadzkan satu hurufpun sebagaimana bahasa tersebut karena malu atau takut salah, tentu selamanya tidak akan berhasil.

Tapi itu tentunya tidak terlepas dari kendala dan kesulitan yang akan dijumpai. Karena, bagaimanapun mudahnya sebuah hidup ini, tak ada yang tanpa cobaan dan rintangan. Secara umum, bahwa ditemukan kesulitan dalam menguasai bahasa asing adalah lahjah (gaya bicara/intonasi). Beberapa kalangan mengatakan kesulitan dalam mempelajari bahasa asing (Inggris) diungkapkan sebagai berikut: “vocabulary is problem, it is because some words have almost the same meaning. And when we are writing or speaking, we don’t know which word we should use, for the example; thin, slender, or skinny. How can we tell the word will be appropariate. Difficult pronouncation because our tounge can’t make the sound th, j, y. It is because in our native languange we don’t have the sound.”

Tapi itu semua, bukan berarti lantas kita orang Indonesia tidak mampu berbahasa Inggris dengan baik dan dipahami oleh native speaker. Masalahnya adalah sejauh mana usaha kita untuk menguasai bahasa tersebut agar kita kuasai dengan baik dan benar. Dan usaha maksimal seperti ini tidak dimiliki oleh semua orang. Teori yang paling umum untuk menuju jalan penguasaan bahasa adalah speaking, learning, reading dan writing. Satu-satu dari bagian tersebut mempunyai karesteritik tersendiri yang tidak dapat digabungkan dalam fungsinya satu sama lain. Bahasa speaking (muhadatsah) sangat berbeda dengan bahasa tulisan atau buku. Demikian jika kita hanya terbiasa membaca literatur berbahasa asing tanpa pernah mendengar dari native speaker, sangat mungkin sekali akan terjadi salah memahami apa yang didengar. Jika langkah umum ini dipraktekkan dengan metode yang tepat, niscaya dari bangsa manapun, seseorang akan menguasai bahasa asing yang dia inginkan.

Lebih lanjut M. Aly Imron, pengasuh pondok pesantren An nakhil dalam “The Opening of Language Activty” (2/11) di pondok Pesantren An Nakhil, mengatakan bahwa dengan bahasa, seseorang akan "mampu" menakhlukkan dunia.

Dalam Al Qur'an Allah berfirman, "sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai mereka merubah nasibnya sendiri". Jadi, tidak ada kata terlambat bagi siapa yang menghendaki perubahan untuk maju. Maka, mari kita mulai introspeksi, otokritik, menyadari diri bahwa kita masih jauh dari kesempurnaan.

eL AkhyaR
"Berdiri Diatas dan untuk Semua Golongan"